Tidak heran, perempuan memang jadi rajin memandang cermin. Bahkan, penelitian dari Simple Skincare (perusahaan perawatan kulit dari Inggris) mengatakan bahwa perempuan terbiasa berkaca delapan kali sehari. Mereka juga sudah biasa menggunakan apa saja yang bisa memantulkan diri mereka untuk mengecek penampilan. Tidak ada cermin, kita bisa berkaca lewat kaca jendela, kaca mobil, layar ponsel, kotak CD, sampai gagang sendok.
Sebanyak 2.000 perempuan Inggris sebelumnya disurvei untuk mengetahui kebiasaan mereka menggunakan cermin. Survei akhirnya menunjukkan bahwa mayoritas perempuan terdorong untuk memantau penampilannya sepanjang hari. Sebanyak 50 persen perempuan mengaku tak akan meninggalkan rumah tanpa sesuatu yang bisa berfungsi sebagai cermin, dan 10 persen mengaku menggunakan bedak sedikitnya 10 kali sehari. Kebanyakan beralasan menggunakan cermin untuk men-touch up riasan wajah atau rambut.
Hasil survei ini sejalan dengan penelitian lain yang pernah diadakan pada bulan Maret, dimana dikatakan bahwa dua pertiga perempuan mengatakan merasa lebih stres ketika berangkat ke kantor tanpa make-up, ketimbang saat harus menghadiri wawancara kerja atau kencan pertama. Sebanyak 70 persen perempuan mengaku tak akan berangkat ke kantor jika tidak mengenakan make-up, dan 31 persen bahkan tak mau berolahraga jika wajahnya tidak ber-make-up.
Meskipun memakai make-up merupakan suatu keharusan, para perempuan ternyata sebenarnya tidak suka saat harus berlama-lama melakukannya. Sekitar 75 persen perempuan mengaku tidak suka menatap bayangan dirinya di cermin, sementara 39 persen mengatakan bahwa berkaca bisa menurunkan kepercayaan dirinya. Rasa terpaksa ini disebabkan adanya tekanan dari lingkungannya.
"Begitu banyak curahan perhatian tentang bagaimana penampilan perempuan, ketimbang bagaimana penampilan kaum lelaki. Perempuan yang terus-menerus mengecek penampilannya sebenarnya lebih karena percaya diri ketimbang sombong," ujar Dr Christine Bundy, pengajar senior di bidang Health and Medical Psychology, University of Manchester.
Kebiasaan mengecek penampilan ini juga terbawa ketika perempuan sudah sampai ke tempat kerja, karena hal itu juga memengaruhi persepsi mengenai karakter dan kemampuan mereka. Oktober lalu, survei yang digelar Proctor & Gamble mendapati bahwa riasan wajah memengaruhi kompetensi, daya tarik, dan kepercayaan orang terhadap perempuan. Di pihak lain, terlalu banyak make-up justru membuat kemampuan perempuan jadi kurang dipercaya. Survei lain pada November 2011 juga menyatakan bahwa sepertiga bos di Inggris menganggap make-up karyawannya terlalu berlebihan.
Karena tidak ada standar yang baku mengenai kepantasan mengenai riasan wajah yang pas, tidak salah jika kemudian perempuan jadi bolak-balik ngaca. Iya, dong?
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !